Kamis, 12 Mei 2011

konsep dasar alergi

KONSEP DASAR ALERGI
Kelainan hipersentivitas (alegi) merupakan keadaan dimana tubuh menghasilkan respon yang tidak tepat atau yang berlebihan terhadap antigen spesifik.
Fisiologi Reaksi Alergi
• Kadar ig Emeninggi pada gangguan alergik dan sebagian infeksi parasit.sel-sel yang memproduksi ig E terletak dalam mukosa respiratorius dan intestinal.dua atau lebih molekul ig E akan meningkatkan dirinya dengan alergen memicu sel-sel mast atau basofil untuk melepaskan histamin,serotinin,kinin,dan faktor neutrofil.
• Semua mediator ini menimbulkan reaksi alergi kulit dan asma.
Antigen yang penting dalam reaksi
Hipersentifitas cepat dapat dibagi 2 kelompok :
1. Antigen protein lengkap
2. Substansi dengan berat molekul rendah seperi obat-obatan.
Mediator kimia
Ketika terjadi stimulasi sel mastoleh antigen ,suatu mediator kimia yang kuat akan di lepaskan dan mediator ini menimbulkan rangkaian kejadian fisiologik yang mangakibatkan berbagai gejala hipersentivitas yang cepat.
Ada 2 tipe mediator kimia :
1. Mediator primer
2. Mediator skunder
Mediator primer
1. Histamin : kontraksi otot polos bronkus,dilatsi venula kecil dan kontraksi pembuluhdarah yang besar serta peningkatan sekeresi lambung
2. Faktor pengaktif trombosit : kontaksi otot polos bronkus dan memicu trombositagarterjadi agregasi.
3. Prostaglandin : bronkokontriksi dan peningkatan permeabelitas vaskuler.
Mediator sekunder
1. Bradikinin : kontriksi otot polos ,peningkatan permeabelitas vaskuler dan stimulasibreseptor nyeri
2. Serotinin : kontriksi otot polos dan peningkatan permeabelitas vaskuler
3. Heparin : anti koagulan
4. Leukotrien : kontraksi otot polos dan peningkatan permeabelitas vaskuler
Hipersensitivitas
Tife-tife hipersentivitas terbagi 4 macam sebagai berikut :
1. Hipersensitivitas anafilatik (tipe I)
2. Hipersensitivitas sitotoksik (tipe II)
3. Hipersensitivitas kompleks imun (tipe III)
4. Hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV)
TES DIAGNOSTIK
1. Hitung darah lengkap 3.Tes provokasi
2. Tes kulit 4.Tes radioalergosorben

Inflamasi dan diminishing imflammatory cell inflow yang akan mengurangi hiverresponsif bronkus.dalam mengendalikan kongesti nasal dan penurunan produksi mukus ,kortikosteroid intranasal lebih baikdi bandingkan dengan antuhistamin ,dekongestan,dan kromolin.pengguanaan kortikosteroid intrnasal yang lama tidak menyebabkan gangguan pertumbuhan karena diberikan dalam dosis yang sangat kecil.efek samping lokal pada pemberian intranasal pernah di laporkan yaitu epistaksis ,rasa terbakar dan gatal.
Saat ini kortikosteroidmerupakan pengobatan lini pertama untuk rinitis alergika.mekanismenya adalah menghambat sekresi sitokin dan infiltrasi sel yang berperan dalam proses inflamasi seperti eosofil dan netrofil.
Konsep Dasar “DERMATITIS “
Konsep Dasar
“DERMATITIS “

Terbagi Atas :
DERMATITIS KONTAK
Sinonim :
Dermatitis venenata, dermatitis industri, dan lain-lain.
Penyebab :
a. Zat iritan misalnya asam atau alkali.
b. Alergen misalnya tumbuh-tumbuhan, kosmetik atau nikel.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.
Dermaitis Kontak Iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas.
Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.
Gejala klinis dipengaruhi keadaan kulit pada waktu kontak antara lain, faktor kelembaban, paparan dengan air, panas dingin, tekanan atau gesekan. Kulit kering lebih kurang bereaksi.
Dermatitis Kontak Alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
Diagnosis banding :
Dermatitis numularis, dermatitis seboroika, dermatitis atopik.
Pengobatan :
Menghindari penyebab.
Simtomatik
Topikal :
o Apabila basah : kompres PK 1/10.000
o Apabila kering : Kortikosteroid
Pada keadaan berat – per oral :
o Antihistamin
o Kortikosteroid
DERMATITIS ATOPIK
Sinonim :
Neurodermatitis disseminata; prurigo diathesique Besnier.
Penyebab :
a. Gangguan fungsi sel limfosit T dan peningkatan kadar Ig E
b. Blokade reseptor beta adrenergik pada kulit.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya. Gejala klinis edema, vesikel sampai bula, dapat pula disertai ekskoriasi. Keadaan kronik terdapat penebalan kulit, likenifikasi dan hyperpigmentasi. Gatal dari ringan sampai berat, disertai rasa terbakar. Keadaan akut disertai rasa tidak enak badan
Lokalisasi sesuai umur penderita dibagi:
Tipe infantil : muka, terutama kedua pipi (disebut milk eczema), kepala, ekstremitas, badan dan bokong. Biasanya usia 2 bulan – 2 tahun.
Tipe anak-anak : muka, tengkuk, lipat siku dan pergelangan tangan. Lesi bersifat sub-akut.
Tipe dewasa : fosa poplitea, lipat siku dan tengkuk, dahi, daerah yang terpapar matahari. Lesi bersifat kronis.
Diagnosis Banding :
Dermatitis seboroika, dermatitis herpetiformis dan keratosis folikularis (penyakit Darier)

Pengobatan :
Keadaan ringan diberikan pengobatan topikal.
Sistemik : Antihistamin. Keadaan sangat eksudativ, diberikan kortikosteroid jangka pendek.
salep Topikal : Keadaan akut dan basah diberi kompres. Kronik  kortikosteroid. Keadaan infeksi dikombinasi dengan antibiotika. Bila diduga mengalami infeksi dengan kandidosis dapat diberikan campuran kortikosteroid dan anti kandida.
Tanda Diagnostik :
o Lokalisasi – daerah lipatan flexor ekstremitas.
o Terdapat stigmata atopik
o Gatal
DERMATITIS NUMULARIS
Sinonim :
Dermatitis Diskoid, Neurodermatitis Numularis.
Penyebab :
Tidak pasti. Diduga stress emosi, alkohol dapat memperburuk keadaan.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. Gejala biasanya hebat dan hilang timbul, bila digaruk dapat terjadi fenomena Koebner.
Lokalisasi di ekstremitas atas dan bawah bagian ekstensor, tetapi dapat berlokasi diseluruh bagian tubuh.
Diagnosis Banding :
Dermatitis atopik, neurodermatitis.
Pengobatan :
Topikal tidak mencukupi, perlu pengobatan sistemik berupa anti histamin.
Lesi basah kompres larutan Permanganas Kalikus 1 : 10.000
Lesi kering : salep kortikosteroid.
Bila ada infeksi sekunder ditambahkan antibiotika sistemik.
Tanda Diagnostik :
Bentuk lesi numuler
Sifat lesi membasah
Gatal
NEURODERMITIS SIRKUMSKRIPTA
Sinonim :
Liken Simpleks Kronis
Penyebab :
Tidak pasti.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Penderita umumnya orang dewasa atau orang tua. Mungkin suatu tempat gatal kemudian digaruk berulang-ulang, maka akan timbul papel, likenifikasi dan kulit menjadi tebal yang menimbulkan hyperpigmentasi. Lesi berupa papel besar, gatal disebut prurigo nodularis.
Tempat di tengkuk, di punggung kaki, punggung tangan, lengan bawah dekat siku, tungkai bawah bagian lateral, perianal, scrotum dan vulva atau di scalp. Prurigo nodularis sering ditemukan di lengan dan tungkai. Kelainan menipis bila tidak digaruk.
Pengobatan :
Diberitahukan kepada penderita : kelainan kulit menipis dan kemudian menghilang bila tidak digaruk.
õ Sistemik : Sedativa atau Antihistaminika untuk mengurangi rasa gatal.
õ Topikal : Salep Kortikosteroid.
Bila kurang berhasil dibantu dengan cara oklusi (ditutup dengan bahan impermeabel misalnya bungkus plastik). Kalau belum berhasil juga disuntik dengan kortikosteroid intra lesi, misalnya triamsinolon.
Prognosis :
Baik, tetapi sering pula residif.
DERMATITIS STATIS
Sinonim :
Dermatitis Hemostatika.
Penyebab :
Gangguan aliran darah pembuluh vena di tungkai. Berupa bendungan di luar pembuluh darah; misalnya tumor di abdomen sumbatan thrombus di tungkai bawah, atau kerusakan katup vena setelah thrombophlebitis.
Insidens :
Orang dewasa dan orang tua.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
Komplikasi :
Timbul ulkus, disebut ulkus varikosum atau ulkus venosum.
Diagnosis :
Lokalisasi ditungkai bawah, dimulai di atas maleous internus sampai di bawah lutut. Kelainan berupa hyperpigmentasi, skuama, erosi, papel, kadang-kadang eksudasi. Batas tidak jelas. Udema terutama di pergelangan kaki.
Diagnosis Banding :
Dermatitis kontak.
Pengobatan :
õ Dermatitis akut dikompres dengan larutan Permanganas Kalikus 1/10.000, atau larutan perak nitrat 0,25 % - 0,5 %.
õ Obat topikal : Ichtyol 2 % dalam salep zink-oksid.
õ Bila eksudatif , diberi kortikosteroid dalam jangka pendek (7-10 hari).
õ Bila ada infeksi sekunder diberi antibiotika.
Prognosis :
Residif..

DERMATITIS SEBOROIKA
Sinonim :
Seborrheic Eczema, Dermatitis Seborrhoides, Seborrhoide.
Penyebab :
Tidak diketahui.
Faktor yang mempengaruhi / memperburuk :
Jenis makanan berlemak
Banyaknya keringat
Stress emosi
Insidens :
Daerah dingin insidennya lebih tinggi. Umumnya bayi dan anak umur 6 – 10 tahun, serta orang dewasa umur 18 – 40 tahun.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.
Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.

Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), dan menjadi keadaan eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.
Diagnosis Banding :
Psoriasis, Pitiriasis Rosea, Dermatofitosis.
Pengobatan :
Umum : diet rendah lemak.
Sistemik : antihistamin, pada kasus berat, kortikosteroid.
Lokal : preparat sulfur, tar, kortikosteroid. Shampo dapat dipakai selenium sulfida.
Prognosis :
Kronik residif.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DERMATITIS

I. PENGKAJIAN.
a. Identitas Pasien.
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

II. PEMERIKSAAN FISIK.
a. Subjektif :
Gatal
b. Objektif :
Skuama kering, basah atau kasar.
Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
( Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum ).
Kerontokan rambut.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI.
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, ditandai dengan :
Adanya skuama kering, basah atau kasar.
Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Intervensi :
Kaji / catat ukuran dari krusta, bentuk dan warnanya, perhatikan apakah skuama kering, basah atau kasar.
Anjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang terasa gatal.
Kolaborasi dalam pemberian pengobatan :
Sistemik : Antihistamin, Kortikosteroid.
Lokal : Preparat Sulfur, Tar, Kortikosteroid, Shampo (Selenium Sulfida)

2. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
(Kemungkinan yang terjadi)
Insomnia
Keletihan dan kelemahan
Gelisah
Anoreksia
Ketakutan
Kurang percaya diri
Merasa dikucilkan
Menangis.
Intervensi :
Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang, berat, panik.
Berikan kenyamanan dan ketentraman hati :
Tinggal bersama pasien.
Tekankan bahwa semua orang merasakan cemas dari waktu ke waktu.
Bicara dengan perlahan dan tenang, gunakan kalimat pendek dan sederhana.
Perlihatkan rasa empati.
Singkirkan stimulasi yang berlebihan (ruangan lebih tenang), batasi kontak dengan orang lain – klien atau keluaraga yang juga mengalami cemas.
Anjurkan intervensi yang menurunkan ansietas (misal : teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi aroma).
Identifikasi mekanisme koping yang pernah digunakan untuk mengatasi stress yang lalu.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
Klien mungkin merasa malu.
Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang terganggu.
Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan.
Perubahan dalam keterlibatan sosial.
Intervensi :
Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa penyakit.
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.
Perjelas berbagai kesalahan konsep individu / klien terhadap penyakit, perawatan dan pengobatan.
Dorong kunjungan / kontak keluarga, teman sebaya dan orang terdekat.

4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, ditandai dengan :
Pasien sering bertanya / minta informasi, pernyataan salah konsep.
Intervensi :
Jelaskan konsep dasar penyakitnya secara umum.
Jelaskan / ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek samping dan toksik.
Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak.
Tekankan pentingnya personal hygiene.
http://stikesmbbaksos.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-dermatitis.html
DERMATITIS
Dermatitis adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa gatal. Pada umumnya Dermatitis juga disertai dengan tanda-tanda seperti terbentuknya bintik yang berisi cairan (bening atau nanah) dan bersisik.
Penyebab
Dermatitis dibagi menjadi 3 bagian besar: Dermatitis Atopik/Eksim: ditemukan pada orang yang menderita alergi atau asma. Atau memiliki riwayat keluarga yang mengalami alergi atau asma. Dermatitis Kontak: Dermatitis karena kontak dengan bahan yang bersifat iritan atau alergen, yaitu tanaman, zat kimia atau bahan pakaian.
Faktor Risiko
Seringkali terjadi pada penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang menderita rinitis alergika atau asma. Berbagai keadaan yang bisa memperburuk dermatitis atopik :
• Stres emosional.
• Perubahan suhu atau kelembaban udara.
• Infeksi kulit oleh bakteri.
• Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama wol).
• Pada beberapa anak-anak, alergi makanan bisa memicu terjadinya dermatitis .
Gejala dan Tanda
Dermatitis Atopik: Bisa terjadi pada bayi yang disebut eksim susu. Timbul disekitar pipi dan bibir. Sedang pada anak dapat dijumpai didaerah lipatan siku . Dermatitis Kontak: Pada bayi yang menggunakan popok sekali pakai bisa terkena dermatitis kontak karena popok terlalu lembab dan kontak langsung dengan air kemih berjam-jam sehingga timbul gejala kemerahan pada lipatan paha dan pantat. Dermatitis Numularis Gejala pada kulit tampak bulat seperti uang logam, kemerahan, bengkak dan berisi cairan dan penderita merasa sangat gatal
Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri. Gejalanya berupa bintik-bintik yang mengeluarkan nanah. Pembengkakan kelenjar getah bening sehingga penderita mengalami demam dan lesu.
Pencegahan
1. Hindari kontak dengan iritan atau alergen 2. Jika gatal, jangan menggaruk karena dapat terjadi luka, radang dan bernanah 3. Hindari stres dan menjalankan pola hidup yang sehat 4. Jaga kebersihan diri dan lingkungan.
Penatalaksanaan
Krim atau salep kortikosteroid bisa mengurangi ruam dan mengendalikan rasa gatal. Krim kortikosteroid yang dioleskan pada daerah yang luas atau dipakai dalam jangka panjang bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius, karena obat ini diserap ke dalam aliran darah. Mengoleskan jeli minyak atau minyak sayur bisa membantu menjaga kehalusan dan kelembaban kulit.
Pada beberapa penderita, ruam semakin memburuk setelah mereka mandi, bahkan sabun dan air menyebabkan kulit menjadi kering dan penggosokan dengan handuk bisa menyebabkan iritasi. Karena itu dianjurkan untuk lebih jarang mandi, tidak terlau kuat mengusap-usap kulit dengan handuk dan mengoleskan minyak atau pelumas yang tidak berbau (misalnya krim pelembab kulit).
Antihistamin (difenhidramin, hidroksizin) bisa mengendalikan rasa gatal, terutama dengan efek sedatifnya. Obat ini menyebabkan kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari. Kuku jari tangan sebaiknya tetap pendek untuk mengurangi kerusakan kulit akibat garukan dan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi.
Penderita sebaiknya belajar mengenali tanda-tanda dari infeksi kulit pada dermatitis atopik (yaitu kulit bertambah merah, pembengkakan, terdapat gurat-gurat merah dan demam). Jika terjadi infeksi, berikan antibiotik.
http://www.kalbe.co.id/medical/detail-of-disease/?mn=med&tipe=dod


Dermatitis Kontak DEFINISI
Dermatitis Kontak adalah peradangan yang disebabkan oleh kontak dengan suatu zat tertentu; ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.
PENYEBAB
Zat-zat tertentu dapat menyebabkan peradangan kulit melalui 2 cara, yaitu iritasi (dermatitis kontak iritan) atau reaksi alergi (dermatitis kontak alergika).



Sabun yang sangat lembut, deterjen dan logam-logam tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa kali digunakan.
Kadang pemaparan berulang bisa menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit.
Dalam waktu beberapa menit, iritan kuat (misalnya asam, alkali dan beberapa pelarut organik) bisa menyebabkan perubahan kulit.

Pada reaksi alergi, pemaparan pertama pada zat tertentu tidak menimbulkan suatu reaksi, tetapi pemaparan berikutnya bisa menyebabkan gatal-gatal dan dermatitis dalam waktu 4-24 jam.
Seseorang bisa saja sudah biasa menggunakan suatu zat selama bertahun-tahun tanpa masalah, lalu secara tiba-tiba mengalami reaksi alergi. Bahkan salep, krim dan losyen yang digunakan untuk mengobati dermatitispun bisa menyebabkan reaksi alergi.
Sekitar 10% wanita mengalami alergi terhadap nikel.
Dermatitis juga bisa terjadi akibat berbagai bahan yang ditemukan di tempat bekerja (dermatitis okupasional).

Jika dermatitis terjadi setelah menyentuh zat tertentu lalu terkena sinar matahari, maka keadaannya disebut dermatitis kontak fotoalergika atau dermatitis kontak fototoksik.
Zat-zat tersebut antara lain tabir surya, losyen setelah bercukur, parfum tertentu, antibiotik dan minyak.

Penyebab dari dermatitis kontak alergika:
• Kosmetik : cat kuku, penghapus cat kuku, deodoran, pelembab, losyen sehabis bercukur, parfum, tabir surya
• Senyawa kimia (dalam perhiasan) : nikel
• Tanaman : racun ivy (tanaman merambat), racun pohon ek, sejenis rumput liar, primros
• Obat-obat yang terkandung dalam krim kulit : antibiotik (penisilin, sulfonamid, neomisin), antihistamin (difenhidramin, prometazin), anestesi (benzokain), antiseptik (timerosal)
• Zat kimia yang digunakan dalam pengolahan pakaian.

GEJALA
Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kulit.

Ruam seringkali terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel).
Pada awalnya ruam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi selanjutnya ruam bisa menyebar.
Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang anting-anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena pemakaian losyen badan).

Jika zat penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa hari kemerahan akan menghilang.
Lepuhan akan pecah dan mengeluarkan cairan serta membentuk keropeng lalu mengering.

Sisa-sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat sementara, bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu.



DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan adanya riwayat kontak dengan bahan iritan atau alergen.

Jika diduga suatu dermatitis kontak, bisa dilakukan tes patch.
Suatu plester kecil yang mengandung zat-zat yang biasanya menyebabkan dermatitis ditempelkan pada kulit pendeita selama 2 hari untuk melihat apakah terbentuk suatu ruam dibawah salah satu plester tersebut.

Pemeriksaan lain yang digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lainnya adalah biopsi atau pembiakan luka di kulit.
PENGOBATAN
Pengobatan dilakukan dengan cara menghilangkan atau menghindari zat-zat penyebab terjadinya dermatitis kontak.
Untuk mencegah infeksi dan menghindari iritasi, daerah yang terkena harus dibersihkan secara teratur dengan air dan sabun yang lembut. Lepuhan tidak boleh dipecahkan. Verban kering juga bisa mencegah terjadinya infeksi.

Krim atau salep corticosteroid biasanya bisa meringankan gejala-gejala dermatitis kontak yang ringan.
Tablet corticosteroid kadang digunakan pada kasus yang berat.

Pada keadaan tertentu pemberian antihistamin bisa meringankan gatal-gatal.
http://boneweb.blogspot.com/2009/05/dermatitis-kontak-definisi-dermatitis.html
ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM STEVENS JHONSEN
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Sindrom Stevens Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di oritisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel / bula dapat disertai purpura.
B. Etilogi
Penyebab yang pasti belum diketahui, ada angapan bahwa sindrom ini merupakan eritema multiforme yang berat dan disebut eritema multifome mayor. Salah satu penyebabnya ialah alergi obat secara sistemik. Obat-obatan yang disangka sebagai penyebabnya antara lain : penisilin dan semisintetiknya, streptomisin, sulfonamida, tetrasiklin, antipiretik/analgetik, (misal : derivate salisil / pirazolon, metamizol, metapiron, dan parasetamol) klorpromasin, karbamasepin, kinin antipirin, tegretol, dan jamu. Selain itu dapat juga disebabkan infeksi (bakteri,virus, jamur, parasit) neoplasma, pasca vaksinasi, radiasi dan makanan.
C. Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi alergi tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya kompleks antigen-antibody yang membentuk mikro presitipasi sehingga terjadi aktivasi neutrofil yang kemudian melepaskan lysozim dan menyebabkan kerusakan jaringan dan organ sasaran (target organ). Reaksi tipe IV terjadi akibat lysozim T yang tersensitisasi berkontrak kembali dengan antigen yang sama kemudian lysozim dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang.
D. Tanda dan Gejala
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia kurang dari 3 tahun. Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat berespons sampai koma. Mulainya dari penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan.
Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa :
• Kelainan kulit
• Kelainan selaput lendir di orifisium
• Kelainan mata
1. Kelainan Kulit
Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan bula. Vesikel dan bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Dapat juga disertai purpura.
2. Kelainan Selaput lender di orifisium
Kelainan di selaput lendir yang sering ialah pada mukosa mulut, kemudian genital, sedangkan dilubang hidung dan anus jarang ditemukan.
Kelainan berupa vesikal dan bula yang cepat memecah hingga menjadi erosi dan ekskoriasi serta krusta kehitaman. Juga dapat terbentuk pescudo membran. Di bibir yang sering tampak adalah krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan di mukosa dapat juga terdapat di faring, traktus respiratorius bagian atas dan esophagus. Stomatitis ini dapat menyeababkan penderita sukar/tidak dapat menelan. Adanya pseudo membran di faring dapat menimbulkan keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan Mata
Kelainan mata yang sering ialah konjungtivitis, perdarahan, simblefarop, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
E. Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila disangka penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah.
• Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
• Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
F. Kompikasi
Komplikasi yang tersering ialah bronkopneumonia, kehilangan cairan / darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata dapat terjadi kebutaan karena gangguan lakrimal.
G. Penatalaksanaan
Pada sindrom Stevens Johnson pengangannya harus tepat dan cepat. Penggunaan obat kostikosteroid merupakan tindakan life-saving. Biasanya digunakan Deksamethason secara intravena, dengan dosis permulaan 4-6 X 5 mg sehari. Pada umumnya masa kritis dapat diatasi dalam beberapa hari dengan perubahan keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, sedangkan lesi lama mengalami involusi.
Dampak dari terapi kortikosteroid dosis tinggi adalah berkurangnya imunitas, karena itu bila perlu diberikan antibiotic untuk mengatasi infeksi. Pilihan antibiotic hendaknya yang jarang menyebabkan alergi, berspekrum luas dan bersifat bakterisidal. Untuk mengurangi efek samping kortikosteroid diberikan diet yang miskin garam dan tinggi protein.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah mengatur kseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi. Bila perlu dapat diberikan infuse berupa Dekstrose 5% dan larutan Darrow.
Tetapi topical tidak sepenting terapi sistemik untuk lesi di mulut dapat diberikan kenalog in orabase. Untuk lesi di kulit pada tempat yang erosif dapat diberikan sofratul atau betadin.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Data Subyktif
• Klien mengeluh demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan / sulit menelan.
b. Data Obyektif
• Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi erosi yang luas, sering didapatkan purpura.
• Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan pseudomembran di faring
• Konjungtiva, perdarahan sembefalon ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
c. Data Penunjang
• Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
• Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
• Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman, demam, nyeri kepala, tenggorokan s.d adaya bula
2. Gangguan pemenuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d sulit menelan
3. Gangguan integritas kulit s.d bula yang mudah pecah
4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit s.d kurang informasi
5. Potensial terjadi infeksi sekunder s.d efek samping terpasangnya infus dan terapis steroid
C. Rencana
No Diagnosa
Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
1. Gangguan rasa nyaman, demam, nyeri kepala, tenggorokan s.d adaya bula Tujuan :
Klien merasa nyaman dalam waktu 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang / hilang
Ekpresi muka rileks • Berikan kompres dingin
• Berikan pakaian yang tipis dari bahan yang menyerap
• Hindarkan lesi kulit dari manipulasi dan tekanan
• Usahakan pasien bias istirahat 7-8 jam sehari.
• Monitor balance cairan
• Monitor suhu dan nadi tiap 2 jam
2. Gangguan pemenuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d sulit menelan Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi selama perawatan
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Diet yang disediakan habis
Hasil elektrolit serum dalam batas normal • Kaji kemampuan klien untuk menelan
• Berikan diet cair
• Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi kesembuhan klien
• Monitoring balance cairan
• Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi dan gangguan elekrolit
• K/P kolaborasi untuk pemasangan NGT
3. Gangguan integritas kulit s.d bula yang mudah pecah Tujuan :
Kerusakan integritas kulit menunjukan perbaikan dalam waktu 7-10 hari
Kriteria hasil :
Tidak ada lesi baru
Lesi lama mengalami involusi
Tidak ada lesi yang infekted • Kaji tingkat lesi
• Hindarkan lesi dari manipulasi dan tekanan
• Berikan diet TKTP
• Jaga linen dan pakaian tetap kering dan bersih
• Berikan terapi topical sesuai dengan program
4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit s.d kurang informasi Tujuan :
Pengetahuan klien/keluarga akan meningkat setelah diberikan penyuluhan kesehatan
Kriteria hasil :
Klien/keluarga mengerti tentang penyakitnya
Klien/keluarga kooperatif dalam perawatan /pengobatan • Kaji tingkat pengetahuan klien/ keluarga tentang penyakitnya
• Jeslakan proses penyakit dengan bahasa yang sederhana
• Jelaskan tentang prosedur perawatan dan pengobatan
• Berikan catatan obat-obat yang harus dihindari oleh klien
5. Potensial terjadi infeksi sekunder s.d efek samping terpasangnya infus dan terapis steroid Tujuan :
Tidak terjadi infeksi sekunder selama dalam perawatan
Kriteria hasi :
Tidak ada tanda infeksi • Hindari lesi kulit dari kontaminasi
• Dresing infus dan lesi tiap hari
• Kaji tanda –tanda infeksi lokal maupun sistemik
• Ganti infus set dan abocatin tiap 3 hari
• Kolaborasi untuk pemeriksaan Ro thorax dan labortorium

http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/16/askep-sindrom-stevens-jhonsen/
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Steven johnson merupakan syndrom kelainan kulit pada selaput lendir orifisium mata gebital. Prediksi : nulut, mata, kulit, ginjal, dan anus. Steven johnson tersebut disebabkan oleh beberapa mikroorganisme virus dll.
Syndrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian umurnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal berupa demam tinggi, melaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Syndrom steven johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M. steven dan S.C johnson, 1992 syndrom steven johnson yang bisa disingkat SJS merupakan reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan.
Angka kejadian syndrom steven johnson sebenarnya tidak tinggi hanya sekitar 1-14 per 1 juta penduduk. Syndrom steven johnson dapat timbul sebagai gatal-gatal hebat pada mulanya, diikuti dengan bengkakdan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa waktu, bila obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam, sariawan padamulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka seperti koreng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan kelainan simtem imom seperti HIV dan AIDS serta lapus angka kejadiannya dapat meningkat secara tajam.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus syndrom steven johnson karena syndrom steven johnson sangat berabahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Syndrom tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab syndrom steven johnson sendiri sangat bervariasi ada yang dari obat-obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit steven johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan dan syndrom ini bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan.
( Support, Edisi November 2008 )
B.TUJUAN
1.Tujuan Umum
Untuk memberikan pengalaman nyata tentang Asuhan Keperawatan dengan Kasus Syndrom Steven Johnson
2.Tujuan Khusus
Secara khusus '' Asuhan Keperawatan Klien dengan Syndrom Steven Johnson '', ini disusun supaya :
a.Perawat dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaa, serta komplikasi dari syndrom steven johnson.
b.Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan syndrom steven johnson.
c.Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang syndrom steven johnson pada klien.BAB II
TINJAUAN TEORI

A.Konsep Dasar
1.Pengertian
a.Syndrom Steven Johnson adalah Syndrom yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel / bula dapat disertai purpura.
( Djuanda, 1993 : 107 )
b.Syndrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari eropsi kulit, kelainan mukosa dan konjungtivitis
( Junadi, 1982 : 480 )
c.Syndrom Steven Johnson adalah syndrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel / bula, dapat disertai purpura yang dapat mengenai kulit, selaput lendir yang oritisium dan dengan keadaan omom bervariasi dan baik sampai buruk.
( Mansjoer, A, 2000 : 136 )
d.Jadi syndrom steven johnson adalah suatu syndrom berupa kelainan kulit pada selaput lendir oritisium mata genital.


2.Etiologi
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab, adalah :
a.Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti- peuritik ).
Penisilline dan semisintetiknya
Sterptomecine
sulfonamida
Tetrasiklin
Anti piretik / analgetik ( dentat, salisil / perazolon, metamizol, metampiron, dan paracetamol ).
Kloepromazin
Karbamazepin
Kirin antipirin
Tegretol
b.Inspeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur, dan parasit ).
c.Neoplasma dan faktor endoktrin.
d.Faktor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar x ).
e.Makanan.



3.Manifestasi Klinis
Syndrom ini jarang dijumpai pada usia 8 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat.
Pada syndrom ini terlihat adanya trias kelainan, berupa :

a.Kelainan kulit.
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikeldan bula. Vesikel dan bulakemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu juga dapat terjadi purpura, pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.
b.Kelainan selaput lendir
Kelaianan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut ( 100 % ) kemudian disusul oleh kelainan alat dilubang genetol ( 50 % ), sedangkan dilubang hidung dan anus jarang ( masing-masing 8 % dan 4 % ).
c.Kelainan mata.
Kelainan mata merupakan 80 % diantara semua kasus yang tersering telah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa konjungtivitis parulen, peradarahan, alkus korena, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut dapat pula dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya : notritis, dan onikolisis
( http://informasikesehatan40.blogspot.com )
4.Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibody yang mikro presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komlemen.
Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan leozim dan menyebab kerusakan jaringan pada organ sasaran ( target- organ ). Reaksi hipersensitifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limtokin dilepaskan sebagai reaksi radang.
Reaksi hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibody yang bersikulasi dalam darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah bitir.
Antibiotik tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam jaringan kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke jaringan menyebabkan terbentuknya komplek antigen antibodi ditempat tersebut. Reaksi tipe ini mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler ditempat terjadinya reaksi tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai memtagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel, serta penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut.
Reaksi hipersensitif tipe IV
Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T. Penghasil limfokin atau sitotoksik atau suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat ( delayed ) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuknya.
http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/04/stevens-johnson-syndrome.html
intubasi nasogastrik adalah proses medis yang melibatkan penyisipan sebuah tabung plastik (tabung nasogastrik, NG tube) melalui hidung , melewati tenggorokan , dan turun ke dalam perut .


Stomach tube (Levin type), 18 Fr × 48 in (121 cm) Lambung tabung (Levin jenis), 18 Fr × 48 in (121 cm)
Contents Isi
[hide]
• 1 Uses 1 Penggunaan
• 2 Contraindications 2 Kontraindikasi
• 3 Complications 3 Komplikasi
• 4 See also 4 Lihat juga
• 5 References 5 Referensi

Uses Menggunakan
A nasogastric tube is used for feeding and administering drugs and other oral agents such as activated charcoal. Sebuah tabung nasogastrik digunakan untuk makan dan memberikan obat-obatan dan agen oral lainnya seperti arang aktif. For drugs and for minimal quantities of liquid, a syringe is used for injection into the tube. Untuk obat-obatan dan untuk jumlah minimal cair, jarum suntik yang digunakan untuk injeksi ke dalam tabung. For continuous feeding, a gravity based system is employed, with the solution placed higher than the patient's stomach. Untuk makan terus menerus, suatu sistem berbasis gravitasi digunakan, dengan solusi yang ditempatkan lebih tinggi dari perut pasien. If accrued supervision is required for the feeding, the tube is often connected to an electronic pump which can control and measure the patient's intake and signal any interruption in the feeding. Jika pengawasan yang masih harus dibayar diperlukan untuk memberi makan, tabung seringkali dihubungkan ke pompa elektronik yang dapat mengontrol dan mengukur asupan pasien dan sinyal setiap gangguan dalam makan.
Nasogastric aspiration (suction) is the process of draining the stomach's contents via the tube. aspirasi nasogastrik (suction) adalah proses pengeringan isi perut melalui tabung. Nasogastric aspiration is mainly used to remove gastric secretions and swallowed air in patients with gastrointestinal obstructions. Nasogastrik aspirasi terutama digunakan untuk menghilangkan sekresi lambung dan udara menelan pada pasien dengan penghalang gastrointestinal. Nasogastric aspiration can also be used in poisoning situations when a potentially toxic liquid has been ingested, for preparation before surgery under anesthesia, and to extract samples of gastric liquid for analysis. Aspirasi nasogastrik juga bisa digunakan dalam situasi keracunan bila cairan yang berbahaya telah tertelan, untuk persiapan sebelum pembedahan dengan anestesi, dan untuk mengambil sampel cairan lambung untuk analisis.
If the tube is to be used for continuous drainage, it is usually appended to a collector bag placed below the level of the patient's stomach; gravity empties the stomach's contents. Jika tabung akan digunakan untuk drainase terus menerus, biasanya ditambahkan ke kantong kolektor ditempatkan di bawah tingkat perut pasien; gravitasi mengosongkan isi perut. It can also be appended to a suction system, however this method is often restricted to emergency situations, as the constant suction can easily damage the stomach's lining. Hal ini juga dapat ditambahkan ke sistem hisap, namun metode ini sering dibatasi untuk situasi darurat, sebagai isap konstan dapat dengan mudah merusak lapisan perut.
Suction drainage is used for patients who have undergone a pneumonectomy in order to prevent anesthesia-related vomiting and possible aspiration of any stomach contents. Suction drainase digunakan untuk pasien yang telah mengalami pneumonectomy dalam rangka untuk mencegah muntah anestesi-terkait dan mungkin aspirasi dari setiap isi perut. Such aspiration would represent a serious risk of complications to patients recovering from this surgery. aspirasi seperti itu akan merupakan risiko serius komplikasi untuk pasien pulih dari operasi ini.
Contraindications Kontraindikasi
The use of nasogastric intubation is contraindicated in patients with base of skull fractures, severe facial fractures especially to the nose and obstructed esophagus , esophageal varices, and/or obstructed airway. Penggunaan intubasi nasogastrik merupakan kontraindikasi pada pasien dengan dasar patah tulang tengkorak, patah tulang wajah yang parah terutama untuk hidung dan menghalangi kerongkongan , varises kerongkongan, dan / atau saluran udara terhambat.
The use of an NG tube is also contraindicated in patients who have had gastric bypass surgery. Penggunaan tabung NG juga kontraindikasi pada pasien yang telah menjalani operasi bypass lambung.
Complications Komplikasi
Minor complications include nose bleeds , sinusitis, and a sore throat. komplikasi ringan termasuk pendarahan hidung , sinusitis, dan sakit tenggorokan.
Sometimes more significant complications occur including erosion of the nose where the tube is anchored, esophageal perforation, pulmonary aspiration, a collapsed lung, or intracranial placement of the tube. Kadang-kadang lebih komplikasi signifikan terjadi termasuk erosi dari hidung dimana tabung berlabuh, perforasi kerongkongan, aspirasi paru, paru-paru runtuh, atau penempatan intrakranial tabung. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Stevens%25E2%2580%2593Johnson_syndrome
JAWABAN.
DERMATITIS HUMAROID .ALERGI SUSU PADA BAYI KARENA BAYI MEMILIKI KULIT TIPIS.
UTRIKARIA KARENA KALIGATA DIMANA SAJA.TANGAN DAN KAKI KARENA MUDAH DI SERANG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar